Langsung ke konten utama

Negara Korupsi

Beberapa orang beranggapan bahwa Indonesia ini adalah negara salah. Rakyat Indonesia hampir tidak merasakan keberadaan negara kecuali tulisan di dalam KTP mereka (jika punya). Rakyat Indonesia berdiri di atas kaki mereka sendiri tanpa ada campur tangan pemerintah. Jika Rakyat Indonesia tidak bisa makan maka dia harus mencari sendiri bagaimanapun caranya, tanpa memandang halal atau haram, yang penting makan. Jika Rakyat Indonesia tidak punya kerjaan, maka dia harus berimprovisasi sendiri untuk mendapatkan pekerjaan, syukur-syukur kalau bisa menciptakan pekerjaan. Jika Rakyat Indonesia sedang sakit, maka dia sendiri yang harus mencari dukun atau pengobatan alternatif, dan yang beruntung bisa memperoleh penanganan medis yang lumayan modern di puskesmas atau rumah sakit umum setelah mengurus jaminan kesehatan masyarakat melalui proses yang sangat panjang (tidak jarang Sang Rakyat mati duluan baru ditemui oleh perawat atau dokter bila beruntung). Jika Rakyat Indonesia tidak bisa sekolah, maka dia bisa belajar sendiri di jalanan dengan menghitung kendaraan yang lewat (matematika), mengamen (seni musik), merangkai kata baku untuk mengemis (bahasa dan sastra), mengalami tindakan pencabulan dari para psikopat (biologi), lari dari kejaran Satpol PP (penjaskes), mengukur dinginnya malam hari dan panasnya siang hari (fisika) atau mengukur konsentrasi karbon dioksida dan karbon monoksida di jalanan (kimia). Jika Rakyat Indonesia mengalami masalah hukum dengan orang lain, maka dia akan menegakkan hukumnya sendiri dengan pisau, celurit, korek api atau mengajak orang-orang yang memiliki pandangan hukum yang sama untuk menghukum orang lain yang dianggap bersalah.

Apa yang salah dengan negeri ini? Jawabannya adalah KORUPSI. Selama masih ada korupsi, siapapun pemimpin negeri ini, dan apapun sistem pemerintahan maupun sistem ekonomi yang dianutnya, tidak akan bisa memperbaiki keadaan. Karena korupsi, kita tidak bisa membuat perhitungan di negara ini. 1 + 1 seharusnya = 2, namun akibat korupsi 1 + 1 bisa menjadi = -1. Korupsi membuat matematika tidak berguna.

Hampir semua orang Indonesia suka korupsi, tapi tidak semua bisa korupsi karena kesempatannya yang tersedia berbeda-beda. Korupsi terjadi mulai dari Sekolah Dasar dalam bentuk mencontek teman sebelahnya saat ulangan, atau satu kelas tertentu diberikan jawaban oleh guru saat ujian nasional, lalu buat apa susah payah belajar kalau akhirnya yang tidak belajar juga mendapat ganjaran yang sama. Buat apa membuat usulan proyek yang inovatif, efektif dan efisien jika nantinya yang menang adalah yang bisa memberi bayaran lebih pada anggota dewan yang menilai proyek tersebut layak atau tidak. Korupsi membuat kita lemah, malas dan bodoh.

Ada beberapa orang Indonesia yang tidak ingin melakukan korupsi. Namun untuk memperlancar urusannya, akhirnya dia terpaksa menjadi pendukung korupsi, dengan memberikan uang sogok, agar urusannya selesai. Akhirnya korupsi ini menular dari satu orang ke orang lainnya dengan cepat, sama seperti AIDS. Mungkin di Indonesia harus dibudayakan memberi tips. Meskipun sama-sama uang non formal, namun rasanya lebih ikhlas untuk memberikan tips daripada sogokan, apalagi kalau dipaksa.

Bentuk korupsi lainnya adalah janji kosong. Janji kosong ini biasanya dilakukan oleh para cagub, cabup, capres dan caleg, dan kalau bukan mereka maka tim suksesnya. Janji kosong membuat semua rencana yang pernah dibuat berdsarkan janji itu jadi tidak berguna. Ternyata semuanya bohong. Dan uniknya ketika berjanji secara pribadi kepada seseorang, maka akan sangat berat untuk mengingkarinya, namun ketika berjanji kepada banyak orang, sepertinya lebih mudah untuk mengingkarinya. Dan yang lebih unik lagi, orang-orang yang dibohongi itu merasa tidak dibohongi, mungkin karena sudah biasa dibohongi. Akhirnya jadilah bangsa ini bangsa yang payah, dibohongi secara terang-terangan diam saja, atau bahkan mungkin mendesah, menggelinjang menikmati kebohongan itu.

Korupsi itu adalah tanda-tanda kiamat, dimana kita tidak bisa mempercayai orang lain bahkan orang yang duduk di sebelah kita. Korupsi membuat kita kehilangan keyakinan. Bahkan keyakinan kita terhadap Tuhan bisa hilang karena Korupsi. Kita ingin bersedekah agar mendapat ridha dari Tuhan, tapi takut nanti sedekahnya dikorupsi oleh panitia pengumpul sedekah. Lalu bagaimana kalau malaikaat korupsi ya? Dunia yang seharusnya kiamat diulur-ulur sampai manusia didalamnya punah akibat saling melakukan korupsi, atau malah dipercepat tanpa persetujuan Tuhan.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Lombok Tempo Dulu dalam Bingkai

Pasar Masbagik tahun 1929 Penganut Bodha di Lombok tahun 1911 Sekelompok orang di Masbagik tahun 1929 Taman Narmada tahun 1920 Taman Mayura tahun 1894  Pasar Masbagik tahun 1929 Pasar Hewan Masbagik tahun 1929  Perempuan Keturunan Bali di Lombok tahun 1910  Perempuan Sasak tahun 1920 Gendang Belek pada tahun 1929 Seorang Datu Sasak tahun 1920 Anak Agung Ketut 1894 Perang Cakranegara tahun 1894 karya J. Hoynck van Papendrecht dan J.B. Wolters. Sumber: Tropenmuseum

Lombok Tempo Dulu

Zaman Majapahit Tidak ada catatan yang jelas sejak kapan Pulau Lombok dihuni oleh manusia. Selain itu bukti-bukti peradaban zaman purba di Pulau Lombok sangat minim. Namun pada abad ke 14, terdapat bukti bahwa Lombok telah memiliki hubungan dengan Jawa. Hal ini tercantum dalam kitab Nagarakertagama yang ditulis pada tahun 1365 M oleh Mpu Prapanca. Dalam kitab yang berbahasa jawa kuno itu, diceritakan secara singkat tentang Lombok Mirah dan Sasak Adi . Dalam pupuh ke 14 tertulis sebagai berikut: “Muwah tang I Gurunsanusa ri Lombok Mirah lawantikang Sasak Adi nikalu kebayian kabeh Muwah tanah I Bantayan Pramuka Bantayan len Luwuk teken Udamakatrayadhi nikayang sanusa pupul.” Kerajaan Selaparang, yang terletak di Lombok Timur, kemungkinan adalah salah satu kerajaan yang berada di bawah kekuasaan Kerajaan Majapahit. Masyarakat yang ada di daerah Bayan dan Sembalun, yang terletak di utara Lombok, percaya bahwa mereka adalah keturunan orang Majapahit. Sebagian masyarakat Sas